Penerapan Fisika Zat Padat, Pembuatan Cat Pelapis Anti Bahan Desktruktif Konstruksi Bangunan Akibat Semburan Lumpur Lapindo Khusus pada Kawasan Terdampak Lumpur Lapindo

Penerapan Fisika Zat Padat, Pembuatan Cat Pelapis Anti Bahan Desktruktif Konstruksi Bangunan Akibat Semburan Lumpur Lapindo Khusus pada Kawasan Terdampak Lumpur Lapindo

Mohammad Syukron Amrulloh

Abstrak
Dampak Lumpur panas Lapindo tidak hanya terjadi pada kawasan yang terendam dengan lumpur Lapindo saja akan tetapi daerah sekitar (kawasan daerah terdampak semburan lumpur Lapindo) juga mendapatkan imbas negatif dari semburan tersebut diantaranya adalah dampak pencemaran udara dan pencemaran Air. Partikel kimia berbahaya diantaranya adalah Timbal, H2S, Sianida bebas, Partikulat polusi udara dan bahan lain yang berbahaya dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan terlebih pada kesehatan manusia yang berada dalam kaaawaaasan tersebut. Selain dampak tersebut terimbas pada manusia hal tersebut bisa menyebabkan dampak juga pada konstruksi bangunan yang berada pada daerah kawasan terdampak lumpur Lapindo dimana konstruksi bangunannya menjadi rentan akan kerusakan dan keretakan akibat terkenanya bahan kimia berbahaya dari polusi udara akibat semburan lumpur Lapindo. Oleh karena itu dibutuhkan bahan pelapis konstruksi bangunan agar lebih kuat dan tidak rentan terhadap polusi udara. Bahan pelapis ini berupa cat pelapis yang mana kandungan dari cat ini kita gunakan bahan senyawa zeolit dan Titanium Dioksida. Dimana kedua bahan ini memiliki manfaat diantaranya Zeolit dapat digunakan penyerap kontaminan. Zeolit memecah molekul dalam ukuran-ukuran kecil, yang menyebabkan perubahan struktur dan reaktivitasnya. Zeolit dapat pula digunakan sebagai kolektor panas matahari dan untuk lemari es adsorpsi. Dalam penerapan ini, adsorpsi panasnya yang tinggi dan kemampuan untuk menghidrasi dan mengdehidrasi sambil mempertahankan stabilitas struktur dieksploitasi. Sedangkan TiO2 menjadi pilihan dalam banyak aplikasi fotokimia dan fitoelektrokimia karena biaya pembuatannya relatif murah, tersedia luas dan tidak beracun (Gaetzel, 2004). TiO2 tidak menyerap cahaya tampak tetapi mampu menyerap radiasi UV sehingga dapat menyebabkan terjadinya radikal hidroksil pada pigmen sebagai fotokatalis
Kata Kunci : Pembuatan Cat Pelapis Konstruksi, Polusi udara Semburan Lumpur Lapindo, Titanium dioksida dan senyawa Zeolit

BAB I Pendahuluan
Lumpur lapindo Porong Sidoarjo terjadi sejak tanggal 29 Mei 2006. Hingga kini lumpur ini telah meluas hingga berpuluh puluh kecamatan terendam bukan hanya kecamatan yang terendam yang terkena dampak negatifnya akan tetapi juga daerah kawasan terdampak lumpur lapido yakni daerah sekitar pinggiran lumpur Lapindo (Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo dan  Gempol Pasuruan) mendapatkan efek negatif yang ditimbulkannya yakni pencemaran udara dan pencemaran air.



Berdasarkan kesimpulan penelitian dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menunjukkan hasil dinyatakan bahwa secara umum pada area luberan lumpur dan sungai Porong telah tercemar oleh logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia apalagi kadarnya jauh di atas ambang batas; dan perlu sangat diwaspadai bahwa ternyata lumpur Lapindo dan sedimen Sungai Porong kadar timbalnya sangat besar yaitu mencapai 146 kali dari ambang batas yang telah ditentukan
Berdasarkan PP No 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa ambang batas PAH yang diizinkan dalam lingkungan adalah 230 µg/m³ atau setara dengan 0,23 mg/m³ atau setara dengan 0,23 mg/kg. Maka dari hasil analisis di atas diketahui bahwa seluruh titik pengambilan sampel lumpur Lapindo mengandung kadar chrysene di atas ambang batas. Sedangkan untuk benz(a)anthracene hanya terdeteksi di tiga titik yaitu titik 7, 15, dan 20, yang kesemuanya di atas ambang batas.
Dengan fakta sedemikian rupa, yaitu kadar PAH (chrysene dan benz(a)anthracene) dalam lumpur Lapindo yang mencapai 2.000 kali di atas ambang batas bahkan ada yang lebih dari itu. Maka bahaya adanya kandungan PAH (chrysene dan benz(a)anthracene) tersebut telah mengancam keberadaan manusia dan lingkungan. Pada akibatnya terjadi:
·         Bioakumulasi dalam jaringan lemak manusia (dan hewan)
·         Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit apabila kontak langsung dengan kulit
·         Kanker
·         Permasalahan reproduksi
·         Membahayakan organ tubuh seperti hatiparu-paru, dan kulit

Dampak PAH dalam lumpur Lapindo bagi manusia dan lingkungan mungkin tidak akan terlihat sekarang, tetapi 5 hingga 10 tahun ke depan. Yang paling berbahaya akibat keberadaan PAH ini antara lain, dapat mengancam kehidupan anak cucu, khususnya bagi mereka yang tinggal di sekitar semburan lumpur Lapindo beserta ancaman terhadap kerusakan lingkungan. Namun sampai Mei 2009 atau tiga tahun dari kejadian awal ternyata belum terdapat adanya korban sakit atau meninggal akibat lumpur tersebut. Berikut adalah kontaminan udara semburan lumpur Lapindo.
Hasil analisis logam pada materi.

Selain itu Juga terdapat kandungan Hydrogen Sulfida dan partikulat polusi udara :
Hydrogen Sulfida
Kandungan hydrogen sulfida (H2S) yang keluar bersama semburan lumpur makin meningkat. “Pengurangan volume air dan peningkatan H2S ini saling terkait,” ujar Bagus. Teorinya, air yang keluar bersama lumpur berfungsi sebagai peredam gas. Peningkatan kandungan H2S menjadi 13-19 ppm (part per million). Sebelumnya, rata-rata kandungan H2S yang termasuk kelompok gas beracun itu hanya 9-13 ppm.


Partikulat
Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm. Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 – 10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ± 13% – 59% dan insinerasi.
Partikel dalam udara terdiri dari:
·         Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran.
·         Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron.
·         Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu.
·         Aerosol, merupakan inti dari kondensasi uap.
·         Fume, merupakan hasil penguapan.

Selain dampak tersebut terimbas pada manusia hal tersebut bisa menyebabkan dampak juga pada konstruksi bangunan yang berada pada daerah kawasan terdampak lumpur Lapindo dimana konstruksi bangunannya menjadi rentan akan kerusakan dan keretakan akibat terkenanya bahan kimia berbahaya dari polusi udara akibat semburan lumpur Lapindo. Gambar dibawah ini adalah foto kondisi rumah di daerah kawasan terdampak lumpur Lapindo.
 

Gambar. Kondisi konstruksi bangunan pada daerah kawasan terdampak lumpur Lapindo
Oleh karena itu dibutuhkan bahan pelapis konstruksi bangunan agar lebih kuat dan tidak rentan terhadap polusi udara. Bahan pelapis ini berupa cat pelapis yang mana kandungan dari cat ini kita gunakan bahan senyawa zeolit dan Titanium Dioksida.
Zeolit adalah mineral aluminosilikat mikropori umumnya digunakan sebagai penyerap komersil. Istilah zeolit awalnya diberikan tahun 1754 oleh mineralog Swedia, Axel Fredrik Cronstedt, yang mengamati kalau saat bahan stilbite dipanaskan, ia menghasilkan sejumlah besar uap dari air yang telah diserap oleh bahan tersebut. Zeolit memiliki struktur berpori yang dapat mengakomodasi sejumlah besar kation, Na+, K+, Ca2+, Mg2+ dan lainnya. Ion-ion positif ini renggang dan dapat dengan mudah digantikan dalam larutan kontak. Beberapa mineral umum zeolit adalah analcime, chabazite, clinoptilolite, heulandite, natrolite, phillipsite, dan stilbite. Contoh rumus kimia mineral zeolit adalah: Na2Al2Si3O10•2H2O, rumus untuk natrolite.
Zeolit dapat digunakan penyerap kontaminan. Zeolit memecah molekul dalam ukuran-ukuran kecil, yang menyebabkan perubahan struktur dan reaktivitasnya. Bentuk hidrogen dari zeolit (yang disediakan oleh pertukaran ion) adalah asam padat kuat dan dapat menjadi wadah reaksi terkatalis asam, seperti isomerisasi, alkilasi dan pemecahan. Zeolit dapat pula digunakan sebagai kolektor panas matahari dan untuk lemari es adsorpsi. Dalam penerapan ini, adsorpsi panasnya yang tinggi dan kemampuan untuk menghidrasi dan mengdehidrasi sambil mempertahankan stabilitas struktur dieksploitasi. Sifat higroskopis dikopel dengan reaksi eksotermis (penghasil panas) inheren saat bertransisi dari bentuk dehidrasi menjadi hidrasi membuat zeolit alami berguna dalam mengambil panas buangan dan energi panas matahari.
Titanium dioksida adalah bahan semikonduktor yang telah banyak digunakan pada berbagai aplikasi; antara lain sel surya, fotokatalis, sensor biologis dan kimia, produk kesehatan hingga pigmentasi cat (Kong dkk, 2007). TiO2 menjadi pilihan dalam banyak aplikasi fotokimia dan fitoelektrokimia karena biaya pembuatannya relatif murah, tersedia luas dan tidak beracun (Gaetzel, 2004). TiO2 tidak menyerap cahaya tampak tetapi mampu menyerap radiasi UV sehingga dapat menyebabkan terjadinya radikal hidroksil pada pigmen sebagai fotokatalis.
Bahan bahan diatas adalah bahan bahan yang akan ditambahkan pada pembuatan pelapis konstruksi bangunan. Oleh karena itu salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan melapisi permukaan bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih lebih tinggi nilainya. Pengetahuan tentang pelapisan permukaan bahan, secara umum dikenal sebagai surface coating knowledge. Bagian ini meliputi: metal coating (electro coating, galvanizing), plastic coating, paper coating, powder coating dan tentang cat itu sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil dari sebuah ilmu yang jauh lebih besar, yaitu ilmu tentang surface coating.
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray), dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain
Secara umum, bahan baku cat terdiri dari 4 bagian, yaitu (Parluhutan , Silitonga. 2015):
1.     Tedy san chester: komponen pokok dalam cat yang berfungsi untuk menghasilkan
hardness, flexibility dan pembentukan lapisan.
2.     Solvent: berfungsi untuk mengencerkan cat sebelum di aplikasikan ke barang.
3.     Pigment: berfungai sebagai pewarna dan menciptakan daya tutup cat.
4.     Additive: bahan tambahan untuk menjadikan cat mudah di aplikasikan dan
hasilnya sesuai dengan keinginan.
Cat dapat dikeringkan dengan berbagai macam cara, yaitu;
1.     Secara fisika: yaitu adanya reaksi fisika yang berupa penguapan thinner yang
berada dalam campuran cat. Bila semua thinner yang ada di dalam campuran itu
sudah menguap maka cat itu kering. Contoh: Pengeringan untuk cat NC dan Alkyd.
2.     Secara kimia: yaitu adanya reaksi kimia antara dua benda yang berlainan jenis.
Contoh: Pengeringan melamine dan PU setelah bereaksi dengan hardener.
3.     Secara radiasi: pada cat UV bisa kering setelah kena radiasi dari lampu UV (Ultra
Violet) yang ada dalam mesin UV.

2. Metode Penelitian
Cara Membuat Cat Skala Home Industry (Cat Tembok)
            Pada dasarya bahan baku dari pembuatan cat tembok adalah kapur (CaCO3) yang ditambahkan dengan air dan pigment warna. Maka, tidaklah aneh jika pada zaman dulu, Nenek-nenek kita sering mengecat rumahnyayang terbuat dari ayaman bambu (bilik) cukup dengan kapur yang ditambah air. Tentu saja warna catnya akan menjadi putih. Tetapi kelemahan cat sederhana seperti ini adalah mudahnya cat untuk teroksidasi sehingga warnanya akan berubah (pudar), selain itu cat akan mudah terkelupas (bahkan menempel dengan mudah di kulit atau pakaian), dan yang terakhir warna cat tidak mengkilap. Oleh karena itu diperlukan penambahan zat lainnya agar cat yang dibuat dapata aplikatif dan tidak berbeda jauh dengan cat buatan industri. Dibawah ini disediakan salah satu resep pembuatan cat tembok dengan kualitas standar:


Bahan:
1.      Calsium Carbonat (kapur) 2 Kg sebagai medium pendispersi
2.      Titanium Dioksida 2 ons (zat ini sudah dilarang dan sulit didapatkan, Fungsinya untuk menghasilkan warna putih sehingga jika ditambah pigment colour akan menghasilkan warna yang murni) dan senyawa zeolit  ½ dari kadar Titanium dioksida
3.      Propylene Vinil Acrylic (PVAC) 1 kg, berfungsi agar cat tidak cepat luntur
4.      Air ¾ liter sebagai pelarut atau medium pendisfersi
5.      Tepung tapioka  secukupnya (digunakan untuk cat yang akan diaplikasikan pada permukaan yang tidak rata, berfungsi sebagai perekat)
6.      Pigment Colour secukupnya sebagai pewarna
7.      Kaolin 1 kg, berfungsi agar cat menjadi mengkilap
8.      Pine Oil 10 cc, berfungsi agar warna cat menjadi stabil
Cara:
1.      Larutkan Calsium Carbonat ke dalam air aduk sampai rata
2.      Lalu masukan PVAC ke dalam larutan 1 sambil terus diaduk. Masukan Titanium Dioksida.
3.      Masukan kaolin ke dalamnya sampai seluruhnya bercampur dengan rata.Lalu masukan pigmen colour. Pigmen color ada bermacam-macam sesuai selera dan permintaan.
4.      Tambahkan pine oil

Daftar Pustaka
Malik, Iwan.2009. Cat Tembok. Tersedia pada: http://iwanmalik.wordpress.com/2009/07/29/cat-tembok-bliz/
Rofa, Y.A,2012. Proses pembuatan cat dan bahaya yang ditimbulkan. Tersedia pada: http://share-pangaweruh.blogspot.com/2012/06/artikel-proses-pembuatan-cat-dan-bahaya.html
Sucahyo, Paulus Miki.2011. Cara Membuat Cat Untuk Industri Kecil.Tersedia pada: http://paulusmikisucahyo.wordpress.com/2011/02/15/310/
Suprasa, I Made.2010. Baahan dan Cara Pembuatan Cat. FT, Universitas Negri Jakarta. Tersedia pada: http://suparsa.blogspot.com/?zx=19b9008c912b1a6c






Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar